Makassar - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan (Sulsel) gandeng TNI untuk mempercepat penurunan angka stunting di Sulsel.
Menurut Kepala BKKBN Sulsel, Andi Ritamariani, saat ini angka stunting di Sulsel masih tinggi, berada di 27,4 persen. Sulsel di atas rata-rata nasional, karena nasional itu berada di 24,4 persen.
"Yang paling tinggi angka stunting di Sulsel ada di Kabupaten Jeneponto yakni 37,9 persen, bererti kalau ada 100 kelahiran di sana, ada 37 anak yang stunting," ujar Andi Rita, Senin 7 November 2022.
Sementara untuk terendah angka stunting di Sulsel kata Andi Rita, ada di Kota Makassar, yakni 18,8 persen.
Selain Jeneponto yang angka stuntingnya tinggi, juga ada di Kabupaten Takalar, Maros, Pangkep dan Gowa.
"Yang menyebabkan stunting tinggi itu sangat kompleks, yang paling utama itu persoalan gizi, karena asupan gizi yang dikonsumsi tidak cukup dan berlangsung lama, maka terjadi stunting,"jelas Rita.
Lebih mengejutkan kata Rita, bahwa yang terkena stunting itu bukan hanya dari masyarakat yang ekonominya rendah, namun dari kalangan atas juga ada.
"Dari kasus yang terangkat, ada anak stunting dari keluarga berada. Jadi jangan kita berpikir yang kena stunting itu hanya di masyarakat miskin. Yang ekonominya mampu juga ada,"jelas Andi Rita.
Penyebab anak kalangan mampu kena stanting kata dia karena pemahaman dalam pengasuhan anak itu dia tidak paham. []