Gelombang Boikot Trans7, Maman: Ini Penghinaan terhadap Dunia Pesantren

Ketua DPW LASQI Nusantara Jawa Barat, Dr. KH. Maman Imanulhaq lantik Pengurus Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) Nusantara Jaya Kabupaten Bandung di Bandung, Jumat, 10 Oktober 2025.(Foto:Istimewa)

Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. Maman Imanulhaq, mengecam keras tayangan program Xpose di Trans7 yang dinilai melecehkan kiai dan merendahkan martabat dunia pesantren. 

Media memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga etika dan sensitivitas terhadap nilai-nilai keagamaan

Tayangan tersebut menampilkan potongan video para santri yang menyalami kiai disertai narasi yang dinilai tendensius dan menyesatkan publik.

Dalam tayangan itu, narator menggambarkan para kiai seolah hidup bermewah-mewahan, menerima amplop dari santri, dan menjadikan pesantren sebagai tempat eksploitasi. 

Narasi tersebut memicu kemarahan publik dan gelombang seruan boikot terhadap Trans7 di berbagai media sosial.

“Narasi seperti itu jelas sangat merugikan dan menyakitkan bagi para kiai, santri, serta masyarakat pesantren. Kiai adalah figur moral dan spiritual yang telah berjasa besar bagi bangsa ini. Menyudutkan mereka sama saja dengan melecehkan tradisi keilmuan dan keagamaan yang menjadi fondasi masyarakat Indonesia,” tegas Maman di Jakarta, Selasa, 14 Oktober 2025. 

Politisi PKB asal Majalengka itu menilai tayangan Xpose menunjukkan ketidakpekaan dan ketidaktahuan media terhadap kultur pesantren yang sarat nilai kesederhanaan, keikhlasan, dan pengabdian.

“Trans7 harus meminta maaf secara terbuka dan melakukan evaluasi internal terhadap tim kreatif maupun redaksi yang memproduksi tayangan itu. Media memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga etika dan sensitivitas terhadap nilai-nilai keagamaan,” ujarnya.

Maman menegaskan bahwa kebebasan pers tidak boleh dijadikan alasan untuk melecehkan simbol-simbol keagamaan atau tokoh yang dihormati masyarakat. 

Menurutnya, media justru harus menjadi sarana edukasi dan perekat sosial, bukan penyulut perpecahan atau penyebar stigma negatif.

“Kasus ini harus menjadi pembelajaran penting bagi seluruh perusahaan media agar lebih berhati-hati dan menghormati keberagaman nilai sosial-keagamaan di Indonesia. Kebebasan pers harus disertai tanggung jawab moral dan kepekaan budaya,” pungkasnya.

Tayangan Xpose yang menuai kecaman itu menampilkan cuplikan seorang kiai turun dari mobil dan santri yang disebut “rela ngesot demi menyalami dan memberi amplop kepada kiai”. 

Narasi tersebut dianggap sangat tidak pantas dan melecehkan kehormatan pesantren.

Gelombang kecaman pun terus meluas. Para netizen, alumni pesantren, dan tokoh masyarakat menyerukan boikot terhadap Trans7, menuntut permintaan maaf terbuka, serta meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menindak tegas program yang dinilai merusak citra pesantren tersebut.

Komentar Anda