Oleh: Elida Fitri,S.ST,.Bd dan Dr. Rina Suryani Oktari.S.Kep.,M.Si.
MEMBAHAS soal kesiapsiagaan di bidang kesehatan untuk menghadapi bencana, merupakan aspek yang sangat penting untuk dapat memastikan keberlanjutan pelayanan kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat.
Sebagai negara yang waspada terhadap bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir dan letusan gunung berapi, sistem kesehatan yang memadai sangat penting untuk dapat menjaga keselamatan masyarakat di daerah bencana di seluruh Indonesia.
Hingga April 2025, beragam bencana alam telah terjadi di Provinsi Aceh, seperti gempa bumi yang menguncang ibu kota Provinsi Aceh yakni Banda Aceh dan sekitarnya, Kabupaten Aceh Selatan dan sekitarnya dan Kabupaten Aceh Barat Daya" title="Aceh Barat Daya">Aceh Barat Daya (Abdya).
Selain itu, bencana agin kencang yang disertai hujan deras juga telah melanda beberapa kabupaten/kota di Aceh dan telah menyebabkan terjadinya kerusakan rumah masyarakat serta banjir seperti yang baru-baru ini terjadi di Tangse Kabupaten Aceh Pidie, Aceh Barat Daya Aceh selatan dan kabupaten/kota lain di provinsi Aceh.
Dalam menghadapi segala macam bencana yang tidak ada yang tau kapan terjadi tentu sebuah negara harus selalu siaga dalam hal penanggulangan yang tepat dan terukur, sebab setiap bencana akan berdampak pada kesehatan manusia.
Sebab itu, dalam setiap bencana, sebuah negara harus benar-benar memperhatikan sistem kesehatan untuk dilibatkan dalam kesiapsiagaan di Indonesia, mulai dari infrastruktur, tenaga medis, hingga pendidikan masyarakat, untuk dapat menghadapi situasi kritis atau genting.
Adapun upaya menghadapi ancaman berbagai bencana alam yang akan terus meningkat, sistem kesehatan harus dibangun dengan bentuk komplektisitas yang positif, dengan optimalisasi yang lebih baik daripada infrastruktur kesehatan yang memiliki standar baik untuk mengatasi bencana yang dapat menjamin kesiapsiagaan sektor kesehatan.
Standar yang diterapkan juga harus sangat tinggi dan harus melihat berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, baik bencana besar maupun kecil. Selain itu, keterjangkauan alat kesehatan dan obat-obatan yang memiliki cadangan penggunaan merupakan aspek penting untuk menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam kesiapsiagaan.
Jika semua aspek dan faktor cadangan di atas tidak dapat dipenuhi, maka proses penanganan korban bencana dapat menjadi lebih buruk dan mengakibatkan efek samping yang terus mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Aspek lain yang bisa sangat penting untuk kesiapsiagaan sektor kesehatan adalah kesiapan tenaga medis secara keseluruhan. Tenaga medis harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tingkat tinggi untuk menjadi tolak ukur kemampuannya dalam menangani situasi darurat akibat berbagai bencana.
Perbaikan pelatihan berkala harus terus ditingkatkan dalam teknik penanganan darurat, triase korban bencana dan teknik evakuasi medis.
Pelayanan kesehatan selama bencana dan setelahnya dapat terganggu dan memperburuk konsekuensinya jika kesiapsiagaan tenaga medis tidak berjalan secara optimal.
Oleh karena itu, setiap fasilitas kesehatan di daerah rawan bencana harus memiliki pelatihan yang baik dan berkala, dan lebih baik juga menyertakan simulasi penanggulangan bencana.
Pengertian dari pada kesiapsiagaan secara umum adalah serangkaian perilaku yang dirancangan dalam mempersiapkan sistem kesehatan untuk dapat merespon situasi darurat yang diakibatkan oleh bencana, memiliki tujuan utama untuk meminimalisir dampak negatif dari pada kesehatan masyarakat dan dapat menjamin layanan kesehatan beroperasi secara efektif saat bencana dan setelah terjadi bencana.
Aspek-aspek dalam hal ini mencakup, termasuk perencanaan strategis, pelatihan untuk tenaga medis, dan optimalnya hubungan antar instansi. Kesiapsiagaan yang baik, akan berefek kepada sektor kesehatan sebagai langkah awal untuk dalam merespon situasi bencana yang ada.
Terdapat penelitian oleh (Febriawatim et al, 2017)
Kesiapsiagaan yang optimal dapat mengurangi resiko dari peningkatan resiko cedera dan kematian selama bencana, perihal ini memunculkan kesimpulan bahwa persiapan yang baik dan benar dalam sektor kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan untuk dapat mengurangi jumlah korban jiwa dan dampak kesehatan yang muncul akibat bencana alam.
Oleh karena itu harusnya yang menjadi prioritas utama dalam kebijakan nasional adalah kesiapsiagaan sektor kesehatan.
Hal ini juga tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan belakang, peran berbagai sektor lainnya yang berkontribusi dalam upaya untuk mitigasi bencana harus dipertimbangkan oleh kesiapsiagaan ini.
Perancangan untuk pengembangan kesiapsiagaan sektor kesehatan mencakup beberapa jenis pendekatan yang mengikutsertakan pemerintah, institusi kesehatan serta kalangan masyarakat.
Kebijakan terkait kesiapsiagaan kesehatan memiliki dasar hukum yang memadai dan diukur oleh alokasi anggaran yang optimal.
Selain beberapa hal tersebut penting untuk dalam hal ini mengikutsertakan organisasi diluar dari pemerintahan ataupun sektor swasta untuk dapat mendukung perkembangan kesiapsiagaan ini, utamanya adalah penyediaan sumber daya dan penyimpanan darurat.
Kerja sama berbagai pihak menjadi kunci utama dalam meningkatkan keberhasilan kesiapsiagaan kesehatan di Indonesia.
Lain dari pada pembahasan diatas, terdapat penelitian (Gulo, 2022) memiliki kesimpulan tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat, dalam hal ini juga termasuk siswa-siswa sekolah, yang memiliki peran untuk mempengaruhi resiko dan dampak bencana.
Paham dan sadar akan langkah-langkah evakuasi, pertolongan pertama, serta cara untuk mengakses layanan kesehatan dalam situasi darurat, bentuk pertolongan pertama, dan cara untuk mendapat akses layanan kesehatan darurat menjadi hal utama yang dibutuhkan dalam upaya meningkatkan efektivitas respon apabila terjadi bencana.
Jadi, edukasi tentang kesiapsiagaan harus mulai diedukasikan kepada masyarakat sejak dini, dapat melalui program pendidikan sekolah maupun di lingkungan masyarakat itu sendiri.
Sadar akan kesiapsiagaan akan bencana seharusnya dapat dibangun sejak usia dini, dengan demikian masyarakat depat memiliki lebih pemahaman dan kesiapan dalam menghadapi situasi dan kondisi darurat akan bencana dan dapat memiliki kontribusi dalam usaha untuk menyelamatkan korban-korban bencana yang terjadi.
Pemerintah disini memiliki kewajiban untuk melakukan penyebaran informasi yang seharusnya masyarakat tau dan penting untuk kesiapsiagaan.
Apabila tidak adanya edukasi yang baik secara kualitas dan kuantitas, masyarakat akan lebih condong memiliki kesulitan dalam menghadapi kondisi bencana secara mandiri.
Di luar daripada faktor pendidikan formal seperti sekolah, media informasi massa dan meida sosial memiliki dampak pengaruh yang sangat krusial perihal meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana yang ada.
Dalam upaya membantuk persebaran informasi yang akurat dan gampang diakses oleh masyarakat awam dapat dibantu dengan adanya kampanye publik yang dilakukan.
Adapun dengan itu masyarakat akan dapat memiliki pemahaman yang lebih tentang cara yang efektif tentang situasi dan kondisi darurat dan memiliki kemampuan untuk bertindak dengan efektif dan cepat.
Bantuan lain yang dapat menghasilkan misinformasi dimana sering kali menyebar saat terjadi bencana adalah sosialisasi melalui media.
Implementasi kesiapsiagaan sektor kesehatan memiliki banyak tantangan walaupun merupakan hal yang sangat penting untuk diutamakan.
Salah satunya adalah minimnya pengetahuan dan pelatihan akan tenaga keseharan dalam hal manajemen bencana.
Tentang ini, penelitian Adriana, (2021) menghasilkan penelitian yang menjelaskan bahwa banyak tenaga profesional kesehatan dalam hal ini (perawat) yang belum memiliki pengetahuan yang tinggi perihal sistem untuk penanggulangan gawat darurat, dalam lingkung manajemen bencana di lingkungan rumah sakit
Indikasi yang paling aktual dari hal itu adalah minimnya pelatihan yang sesuai dengan kondisi alam dan lingkungan sekitar menyebabkan tenaga medis tidak memiliki kemampuan untuk merespon keadaan darurat secara maksimal.
Kemampuan dan pemahaman yang tidak siap akan bencana daripada tenaga medis dapat memberikan efek buruk dalam hal penanganan korban dan dalam hal ini bahkan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat yang terdampak bencana.
Oleh karena itu, guna untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman sangat dibutuhkannya pelatihan yang berkelanjutan bagi tenaga medis mengenai ketanggapan akan situasi darurat.
Dalam hal ini tidak hanya diperlukan kinerja dari luar namun juga tempat tenaga medis itu bernaung juga dibutuhkan peran yang signifikan seperti contohnya rumah sakit dan fasilitas kesehatan juga perlu peningkatan skema latihan untuk upaya dalam menghadapi skema bencana yang mungkin dapat terjadi di lingkungan sekitar.
Selain daripada faktor tenaga medis, terdapat kemungkinan relawan dapat menjadi faktor penting dalam respon dari terjadinya bencana, terlibatnya peran relawan dalam upaya memberikan edukasi bencana dapat memberikan upaya percepatan proses evakuasi dan bagaimana penanganan korban yang ada di lapangan.
Sebab daripada itu dibutuhkannya kerjasama antar lembaga seperti pemerintah, lembaga kesehatan nasional, dan organisasi kemanusiaan lainnya untuk memulai dan penyusunan rencana penyelanggaraan pelatihan untuk relawan kesehatan.
Adanya pelatihan yang tersusun dan memiliki jadwal yang baik, relawan dapat bertindak secara lebih baik dan terstruktur dalam situasi atau kondisi bencana.
Lain halnya beberapa tantangan yang telah dijelaskan diatas kemungkinan tantangan lain yang dapat terjadi adalah keterbatasan sumber daya dan infrastruktur yang tidak memiliki standar yang baik.
Penelitian Juksen et al. (2022) dimana memfokuskan pada kesiapsiagaan bencana berasas pada masyarakat itu sendiri dengan pendekatan antar peran, dimana masih mendapat kendala daripada mobilisasi sumber daya dan kerja sama antar lembaga.
Terbatasnya alat kesehatan, obat-obatan, serta tenaga medis yang dipersiapkan adalah hambatan dalam memastikan peran layanan kesehatan untuk dapat berjalan secara optimal saat terjadinya bencana.
Disebabkan oleh itu langkah konkret sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan pengoptimalan sumber daya yang sesuai sektor masing-masing dalam menghadapi bencana.
Keseluruhan pembahasan diatas, dibutuhkannya pendekatan holistik yang melibatkan kapasitas tenaga kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan teknologi dan penguatan kerja sama antar lembaga untuk upaya kesiapsiagaan sektor kesehatan dalam menghadapi bencana alam.
Adanya upaya untuk mengeliminasi tantangan-tantangan dan mengimplementasikan solusi yang telah dibahas, diharapkan sektor kesehatan dapat memberikan respon dari bencara secara lebih cepat dan sesuai untuk dapat mengurangi dari resiko negatif untuk kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, S. (2021). Gambaran pengetahuan kesiapsiagaan perawat dalam sistem penanggulangan gawat darurat pada manajemen bencana di rumah sakit. Karya Tulis Ilmiah, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, Prodi D-III Jurusan Keperawatan.
Cahyo F, Ihsan F, Roulita R, Wijayanti N, Mirwanti R. (2023). Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Dalam Keperawatan: Tinjauan Penelitian. JPP .18(1):87-4.
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/1525.
Febriawati, H., Anggraini, W., Ekawati, S., & Astuti, D. (2017). Analisis Manajemen Bencana Gempa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M Yunus Kota Bengkulu. JIKM, 8(1): 28-33.
https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/228
Gulo, K. (2022). Analisis kesiapsiagaan manajemen kegawatdaruratan dan bencana berdasarkan Hospital Safety Index (HSI) PAHO/WHO di RS DKT Dr. Soetarto Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI), 11(4).Irwan, I., & Nakoe, M. R. (2022). Kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat melalui pendekatan partisipatif. Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat, 11(4), 47-54. https://doi.org/10.37905/jpkm.v1i2.10312
Juksen, L, Rahmawati, I., Triana, N., Manik, E., & Hermawan, D. (2022). Hospital Disaster Plan Simulation dengan Kesiapsiagaan Perawat dalam Menghadapi Bencana. Jurnal ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 9(1):938-644. DOI: https://doi.org/10.33024/jikk.v9i1.5385
Juksen, L., Triana, N., & Maydinar, D. D. (2023). Keikutsertaan kegiatan Hospital Disaster Plan Simulation (HDPS) dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana.
Jurnal Sains Kesehatan, 30(3), 137. Kurniayanti, M. A. (2012). Peran tenaga kesehatan dalam penanganan manajemen bencana. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 1(1).
Siregar, A. N., Mardiati, M., & Ikhsan, M. (2024). Mengelola bencana di sektor kesehatan: Membutuhkan pendekatan ilmiah. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, 7(1). []