Oleh*: KP Norman Hadinegoro
Menemukan pejabat yang hidup sederhana dan membumi di Indonesia bukan perkara mudah. Tak sedikit yang tampil merakyat sebelum menjabat, namun berubah seiring kekuasaan datang. Penampilan dibuat mewah, gaya bicara ditata ulang, dan jarak dengan rakyat pun makin lebar.
Presiden Joko Widodo menjadi pengecualian. Sejak awal kemunculannya di panggung politik, Jokowi konsisten menunjukkan gaya hidup yang jauh dari kemewahan. Ia sering menyebut dirinya orang "ndeso", dan itu bukan sekadar retorika.
Kesederhanaan Jokowi tercermin dalam kesehariannya. Tanpa pakaian dinas, ia biasa mengenakan kemeja putih, celana hitam, atau batik. Sepatunya nyaris tidak pernah berganti. Tidak ada dandanan berlebih, tidak pula upaya menutupi wajah khasnya dengan polesan media.
Gaya bicaranya tetap lugas. Ia tidak memaksakan diri menggunakan bahasa resmi yang kaku. Jokowi tampil sebagaimana adanya—tertawa lepas, kadang terlihat bingung, tanpa ada kesan dibuat-buat. Ia tidak sibuk membangun citra.
Sebagai kepala negara, Jokowi juga tidak menuntut pelayanan istimewa. Ia tidak canggung makan pisang rebus atau minum kopi di warung warga. Semua dijalani tanpa rekayasa. Kesederhanaan ini bukan pencitraan, tapi bagian dari karakter.
Sikap rendah hati itu pula yang terlihat ketika wajahnya diangkat ke layar lebar. Jokowi sempat mengaku malu. Baginya, dirinya belum layak difilmkan. Pernyataan yang jarang keluar dari mulut seorang presiden.
Kesederhanaan seperti inilah yang menjadikannya dekat dengan masyarakat. Ia turun langsung ke lapangan, blusukan tanpa protokoler berlebihan. Jokowi hadir di tengah rakyat bukan sebagai simbol kekuasaan, tetapi sebagai pelayan publik.
Ironisnya, di saat pemimpinnya hidup bersahaja, justru banyak masyarakat yang mulai menjauhi kesederhanaan. Gaya hidup selebritas ditiru demi dianggap modern. Penampilan sederhana dianggap ketinggalan zaman. Ada gengsi yang tumbuh saat tampil apa adanya.
Padahal, belajar hidup sederhana seharusnya tidak sulit. Tapi faktanya, tidak semua sanggup menjalaninya. Termasuk kita, rakyat biasa.[]