Dili - Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia, Dr. Badaruddin, berkunjung ke Dili, Timor Leste pada 6-7 Juni.
Mantan Ketua Yayasan Pendidikan Nobel Makassar itu berpartisipasi dalam kegiatan International Education Expo & Forum, yang difasilitasi oleh Pusat Budaya Indonesia, KBRI Dili.
Badar mengatakan, kunjungan bersama beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) dari Sulawesi Selatan, untuk mempromosikan kampus masing-masing. Termasuk Nobel Indonesia.
"Cukup banyak calon mahasiswa yang langsung mendaftar di Nobel, baik S1 maupun S2," kata Badar, Selasa 11 Juni.
"Saya sendiri disamping mengikuti Expo dan forum, juga diminta memberikan kuliah tamu pada Policia Nationale de Timor Leste (PNTL) - Policia Maritime dan Kuliah Umum di Institute Of Business Timor-Leste," lanjutnya.
Mantan Wakil Ketua II STIE Nobel itu melanjutkan, selain expo, pihaknya juga mengikuti forum kerjasama antar PTS di Makassar dan Timor Leste.
"Kami sangat antusias dengan rencana ini. Kolaborasi dengan Nobel akan memberikan akses pada keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memecahkan tantangan-tantangan pembangunan di Timor Leste," sambungnya.
Ia berharap kerjasama ini menjadi langkah baik untuk membuka peluang bagi mahasiswa hingga dosen untuk melakukan pertukaran atau program studi bersama antara perguruan tinggi di Sulawesi Selatan dan Timor-Leste.
Ini dapat memperluas wawasan dan pengalaman internasional bagi sivitas akademika.
"Kita juga berharap kerjasama ini mendorong pertukaran budaya dan pemahaman mutual antara sivitas akademika di kedua negara, sehingga dapat meningkatkan toleransi dan kerja sama internasional," terangnya.
Diketahui, dalam penandatangan ini tercatat ada 6 PTS dari Makassar dan 17 PTS dari Timor Leste. Dan Nobel Indonesia sendiri langsung menindaklanjuti dengan PKS bersama Institute of Business Timor-Leste, salah satu PTS paling top di Timor Leste.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Dili Timor Leste, Ikhfan Haris sebelumnya mengatakan pelajaran di Timor Leste juga ada pelajaran bahasa Indonesia, makanya sejauh ini menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Sehingga kalau soal bahasa, kedepan sangat aman karena di Timor Leste memakai bahasa Indonesia dalam kegiatan sehari-hari. Sebab banyak juga pejabat di sana yang merupakan alumni dari Indonesia.
"Konteks saat ini yang dilakukan yakni perluasan pembelajaran bahasa Indonesia. Saat ini di Kampus, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib. Perguruan Tinggi buka ruang, akan mendatangkan LAM B untuk mengasesor 3 program studi. Laku institutor nasional juga bisa potensial untuk kerjasama," katanya.
Ada 21 kementerian di Timor Leste, semuanya bisa menjadi potensi untuk kerjasama. Misalnya kampus kesehatan bisa kerjasama dan kolaborasi dengan kementerian kesehatan.
“Satu negara ini dokter giginya hanya ada 20 orang. Ada satu distrik di Timor Leste juga penduduknya banyak tapi sedikit tenaga pengajar,” ucapnya.
Untuk itu Mei nanti tiga mahasiswa dari Institusi ke nobel untuk belajar. Peluang ini lebih muda,karena bahasa sama.
Lalu ada juga sedang jalan lima judul riset dengan Thailand. Lalu kerjasama dengan launching jurnal internasional.
“Mahasiswa banyak dari vietnam, china, thailand. Sehingga kini mau gandeng Indonesia,” ucapnya. []