Makassar - Sebanyak 1.934 kuota PPDB tingkat SMP di Makassar masih kosong. Legislator DPRD, Yeni Rahman menyebut hal ini terjadi akibat tidak meratanya kualitas pendidikan yang menyebabkan murid hanya memilih sekolah tertentu.
"Pertama karena tidak terjadinya pemerataan pendaftaran peserta didik," sebut anggota DPRD Makassar Yeni Rahman, Jumat 15 Juli 2022.
Ia menyebut kuota yang tersisa kebanyakan berasal dari sekolah yang dapat disebut non unggulan.
"Sekarang banyak sekolah yang diminati di situ menumpuk. Sementara sekolah yang biasa-biasa saja atau masuk kategori kalau bisa dibilang grade B atau grade C begitu, itu masih kurang peminatnya," urai dia.
Yeni mengatakan situasi ini perlu dituntaskan agar para murid dan orang tua dapat memahami esensi pendidikan.
"Ini berati kita belum tuntas memahamkan pada anak-anak dan orang tua belum paham apa esensi pendidikan. Harusnya mendidik sama anaknya bahwa semua sekolah bagus kalau dilakukan pendampingan," ungkapnya.
Ia mengungkap masalah ini merupakan tantangan Dinas Pendidikan (Disdik) Makassar dalam meratakan kualitas pendidikan tiap sekolah yang ada di Makassar.
"Kalau ada persepsi begini, tantangan buat dinas pendidikan, berarti belum terjadinya pemerataan kualitas yang sama di beberapa sekolah. Pasti orang tua menginginkan sekolah itu yang sudah dianggap bagus manajemennya," imbuh Yeni.
"Misalnya kenapa daerah Biringkanaya SMP 35 kurang anak-anak masuk, karena ada sekolah swasta yang berkompetisi, seperti sekolah-sekolah SMP IT (Islam Terpadu)," tutur Yeni.
Menurut data Disdik Makassar per 8 Juli 2022, jumlah kuota PPDB SMP Negeri di Makassar sebanyak 12.459 murid, sedangkan yang yang mendaftar ulang saat PPDB mencapai 10.567 orang.
"Masih ada 1.900 lebih kuota (SMP negeri Makassar) tidak terisi itu SMP. Kalau SD tidak (ada yang kosong), kan SD sekarang sudah tertampung," beber Kepala Disdik Makassar Muhyiddin saat dikonfirmasi, Kamis 14 Juli.
Lanjutnya, ia mengatakan pihaknya akan mengatur agar semua kuota PPDB SMP Negeri di Makassar terisi.
"Itulah yang kami atur. Kita sekarang bicara revolusi pendidikan, tidak ada anak yang tidak sekolah," pungkasnya. []