Makassar - Siswi SMP yang menjadi korban perundungan oleh beberapa temannya yang sempat disebut hanya konten untuk media sosial, tidak masuk sekolah karena mengalami tekanan psikologis.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, pihak keluarga berencana memindahkan korban ke sekolah lain.
"Semenjak kejadian ini anaknya sudah tidak masuk sekolah dan belakangan ini murung dan sering melamun," kata paman korban, Andi Patarai Lolo, Senin 17 Januari 2022.
Sejak dikeroyok pada Jumat, 7 Januari 2022, korban berinisial IR 13 tahun itu, menjalani pendampingan psikologis dari pihak Komisi Perlindungan Anak (KPA) sejak pekan lalu.
Pada pekan ini masih akan melakukan pendampingan lagi. Namun, dia menyebut alasan korban enggan kembali bersekolah lantaran malu setelah video perundungan menyebar di media sosial.
Tidak hanya itu, Andi menyebut hingga saat ini belum ada tindakan dari pihak sekolah untuk datang membujuk korban agar kembali melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
Pihak keluarga memutuskan untuk memindahkan korban ke sekolah lain. Kini pihak keluarga sedang mengurus kepindahan siswi ini dan menyebut sudah ada sekolah lain yang siap menampung.
"Secara psikologis malulah. Belum ada tuh dari pihak sekolah datang, belum pernah. Sudah ada sekolah yang mau menampung," sebutnya.
Soal pelaporan ke pihak kepolisian, pihaknya menegaskan tidak berencana menempuh jalan damai dengan alasan sebagai pembelajaran bagi para pelaku perundungan agar tidak berbuat hal yang serupa di masa akan datang.
"Kami tetap menyerahkan ke proses hukum, sementara berjalan ini di kepolisian, supaya masyarakat bisa melihat, menilai, dan memahami bahwa meski di bawah umur, ini kan sudah kekerasan dan tindak kriminal. Pesan ini yang kita mau sampaikan, meski di bawah umur, harus ada prosedur," tegas Andi.
Diberitakan sebelumnya, kasus ini bermula saat viral video korban dikeroyok oleh tiga rekannya. Sejumlah pihak, termasuk Kadisdik Makassar Muhyiddin, sempat menyebut video viral merupakan perkelahian demi konten media sosial. Dalam konteks ini, Kadisdik Muhyiddin sudah meminta maaf dan mengakui pernyataannya keliru.
Belakangan, orang tua siswi yang dikeroyok, Andi Idris menegaskan putrinya tak berkelahi demi konten. Dia menyebut putrinya dikeroyok dan juga telah melaporkan pengeroyokan itu ke polisi dengan bukti visum. []