Swag Event Edisi 113 Hadirkan Muthia, Naomi, dan Ali Mensan

Dokumentasi Swag Event edisi 113. (Foto: I Wayan Bagiartana)

Jakarta - Ada yang berbeda dengan Selasa malam di Kala di Kalijaga, Blok M. Bukannya sepi seperti biasanya, tempat itu dipenuhi nada, sorotan lampu lembut, dan tawa yang bersahutan.

Saya duduk di sudut ruangan, memegang teh hangat, menanti edisi ke-113 dari Swag Eventm acara musik mingguan yang kini tak lagi jadi rahasia komunitas musik alternatif Jakarta, dimulai.

Duo pembawa acara yang tak pernah gagal mencuri perhatian, Eno Suratno Wongsodimedjo dan Ncek Gaul, kembali membawa suasana yang hangat dan bersahabat. Mereka bukan hanya host, tapi semacam penghubung antara panggung dan penonton, mencairkan batas dan membuat semua terasa seperti rumah kedua.

Muthia Nadhira membuka malam dengan kelembutan yang menggugah. Lagu-lagu dari Garden of Mimosa mengalun penuh penghayatan, terutama saat Disclosure dan versi terbaru Simpan Saja menyapa ruang yang hening dan menyimak.

Unsur Jazz-pop yang ia bawa tidak sekadar musik, tapi pengalaman emosional. Setiap nada terasa seperti kelopak mimosa yang membuka perlahan.

Kemudian, Naomi Ivo mengambil alih panggung. Ia membawa semangat muda yang berani dan jujur. Tembang Never Be Yours dan Tarik Ulur tak hanya jadi lagu, tetapi suara generasi yang sedang mencari tempat dan jati diri. Ada warisan dalam dirinya, yakni nama besar yang ia bawa dari keluarga, namun tetap membumi dan otentik.

Ali Mensan, sang aktor yang kini menekuni dunia musik, hadir dengan rasa yang berbeda. Tembang Fall In Love Again dan I Can Be Your Man bukan sekadar rangkaian lirik, tapi jendela ke dalam dirinya.

Musiknya mencerminkan transformasi dan kedewasaan yang tidak semua orang berani tampilkan. Malam itu, ia adalah penyanyi sepenuhnya, bukan sekadar selebriti.

Swag Event bukan sekadar program rutin. Ia semacam perayaan mingguan, ruang aman bagi musik untuk tumbuh dan bernapas. Kala di Kalijaga menyediakan ruang yang intim, di mana penonton tak sekadar menyaksikan, tetapi merasakan.

Sejak 2022, Dhiche Stage telah menghidupkan panggung ini dengan konsistensi dan cinta pada keanekaragaman suara.

Malam itu saya pulang dengan kepala yang penuh melodi dan hati yang tenang. Musik telah bicara, dan kami semua mendengarkannya. []

Komentar Anda