Tgk Hirman: Ini Momen Kita Pilih Pemimpin Abdya yang Peduli Pendidikan Agama dan Formal

Pembina Yayasan Pondok pesantren Khazanatul Hikam, Tgk Hilman. (Foto: Ist)

Blangpidie - Tgk Hirman, Pembina Yayasan Pondok Pesantren Khazanatul Hikam, Kemukiman Kutatinggi, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), menyerukan kepada santri, pimpinan dayah, dan guru dayah untuk mendukung pemimpin yang memiliki program unggul terkait mutu dayah dan pendidikan Formal.

"Pilkada ini adalah momen kita memilih pemimpin yang peduli terhadap mutu pendidikan dayah dan formal sebagai strategi memajukan generasi muda Abdya," kata Tgk Hirman, Minggu, 17 November 2024.

Hal ini diutarakannya dalam forum silaturahmi bersama para santri dan dewan guru dilingkungan Khazanatul Hikam.

Dalam kesempatan itu ia menekankan bahwa peran dayah tidak hanya mencetak generasi alim ulama, tetapi juga harus mampu bersinergi dengan pendidikan formal.

"Dayah harus menjadi pusat keilmuan yang unggul. Santri, guru, dan pimpinan dayah perlu bersinergi dengan sistem pendidikan formal agar santri tidak hanya kuat dalam agama, tetapi juga memiliki keterampilan dan ilmu modern," ujarnya.

Untuk itu, setelah dilihatnya dari program-program yang ditawarkan oleh Paslon Gubernur Aceh dan bupati-WakilAbdya. Dirinya mengajak untuk menetapkan pilihan kepada Mualem-Dek Fadh untuk Provinsi dan Salman-Yusran untuk Abdya.

"Kita sepakat dengan program Paslon Mualem-Dek Fadh untuk provinsi dan Salman-Yusran untuk Abdya, karena kedua pasangan ini punya program yang memperhatikan dunia pendidikan agama dan pendidikan formal," katanya.

Ia menggarisbawahi perlunya pemimpin Abdya yang berkomitmen terhadap pengembangan dayah. Ia menilai bahwa pemimpin yang ideal adalah mereka yang memiliki program unggulan, seperti peningkatan kualitas mutu dayah, meningkatkan kapasitas kurikulum dayah agar sejalan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai syariat Islam.

Kemudian lanjutnya, pemberdayaan guru dan pimpinan dayah melalui pelatihan dan program peningkatan profesionalisme, guru dayah dapat menjadi penggerak pendidikan berbasis agama dan modern.

Kemudian, kolaborasi dayah dengan pendidikan formal tentu akan mendorong santri dan lulusan dayah untuk aktif di pendidikan formal, baik bagi siswa, guru, maupun tenaga pendidik lainnya.

Selanjutnya, penyediaan beasiswa santri juga dapat memberikan dukungan pendidikan kepada santri yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi, terutama yang berfokus pada integrasi ilmu agama dan umum.

"Pemimpin yang kita pilih harus memahami bahwa dayah adalah bagian dari solusi pembangunan daerah. Jangan sampai dayah hanya dipandang sebagai lembaga tradisional, padahal potensinya sangat besar," kata Tgk. Hirman.

Selain itu, Tgk Hirman juga mendorong santri untuk terjun langsung ke dunia pendidikan formal sebagai bentuk dakwah dan kontribusi nyata.

"Santri harus menjadi agen perubahan. Mereka yang telah mendapatkan bekal agama di dayah dapat berkolaborasi dalam pendidikan formal, menjadi guru, dosen, atau tenaga pendidik lainnya," jelasnya.

Menurutnya, kolaborasi ini akan memperkuat mutu pendidikan di Abdya secara keseluruhan. Pendidikan formal yang mendapatkan sentuhan nilai-nilai Islami dari lulusan dayah akan lebih kuat dalam mencetak generasi yang berkarakter.

Maka, lanjutnya, dalam konteks Pilkada Abdya 2024, Tgk. Hirman mengingatkan pentingnya memilih pemimpin yang berpihak pada pengembangan dayah.

"Jangan tergoda oleh janji manis. Lihatlah rekam jejak calon pemimpin, apakah mereka benar-benar peduli terhadap pendidikan dayah dan santri," tegasnya.

Ia juga mengajak seluruh elemen dayah untuk bersatu memperjuangkan masa depan pendidikan Islam di Abdya. "Guru, pimpinan, dan santri dayah harus kompak. Mari kita pilih pemimpin yang dapat membawa perubahan nyata, terutama dalam hal pendidikan," katanya. []

Komentar Anda