Labuan Bajo - Masifnya kegiatan perambahan hutan Nggorang Bowosie di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, mendapatkan perhatian khusus dari warga setempat.
Lasarus Ondos, tokoh pemuda asal kampung Serenaru, Kelurahan Wae Kelambu menyayangkan kondisi sebagian hutan yang telah gundul akibat aktifitas perambahan yang dilakukan secara bebas.
"Kami sebagai tokoh muda Serenaru Kelurahan Wae Kelambu sangat menyayangkan kegiatan-kegiatan (perambahan hutan) itu yang mengatasnamakan komunitas Racang Buka. Kegiatan perambahan hutan itu sangat meresahkan kami warga kampung yang sudah ada sejak nenek moyang kami dulu tinggal di Serenaru-Lancang yang menjaga hutan ini. Dulu bawa kayu kering saja kita ditangkap. Apalagi kalau babat hutan, tapi sekarang hutan dibabat secara liar, tapi diam-diam saja, tidak ada penindakan," ujarnya, Senin 30 Mei 2022 lalu.
Lasarus menyampaikan keprihatinannya, mengingat kegiatan perambahan telah dilakukan dari 1999 hinggah saat ini dan telah mengakibatkan hilangnya sumber mata air yang menjadi penopang hidup warga Lancang - Serenaru, area yang turut menjadi penyanggah hutan Nggorang Bowosie. Ia pun meyakini kelompok perambah bukan merupakan warga kelurahan Wae Kelambu.
"Yang saya tahu orang-orang yang merambah hutan di sana bukan asli orang kelurahan Wae Kelambu. Kebetulan saya pernah datang ke lokasi dan ketemu dengan manusia-manusia yang bukan asli orang Labuan Bajo. Waktu mereka melakukan perambahan hutan, awalnya belum sepenuhnya kita merasa terganggu, namun lama kelamaan dari segi mata air kita, ada yang tidak lagi muncul, terus sawah kita tidak bisa diairi lagi," Tutur dia dalam keterangan yang diterima Alur.id.
Kegiatan perambahan yang semakin mengkhawatirkan pun menyebabkan puluhan masyarakat Lancang, Serenaru, Raba dan Wae Mata pada tahun 2018 mendatangi Bupati Manggarai Barat yang saat itu dijabat oleh Agustinus Ch Dula.
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan warga masyarakat meminta pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk secara serius menindak tegas para perambah hutan.
"Ada kesepakatan kita untuk ketemu Bupati itu termasuk kepala KPH, untuk mengusir mereka dari lokasi itu. Waktu itu kita sepakat bersama dengan pemerintah untuk sama-sama hutankan kembali hutan itu karena kami butuh, tapi dari pemerintah tidak ada ketegasan soal para perambah ini," ujarnya.
Ketidaktegasan pemerintah Kabupaten Manggarai Barat terhadap aktifitas dari para perambah pada hutan negara ini menyebabkan munculnya dugaan kegiatan para perambah dilindungi oleh orang-orang besar sehingah tidak pernah ditindak tegas.
Untuk itu ia berharap semua kegiatan perambahan segera dihentikan dan mengembalikan lahan tersebut kepada pemerintah agar dapat dikelola demi kepentingan bersama.
Diketahui area hutan Nggorang Bowosie akan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata terpadu yang dilakukan oleh Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan bersama masyarakat Wae Kelambu beberapa waktu lalu, pembangunan kawasan wisata terpadu pada hutan Bowosie disebut akan mengedepankan pengembangan konsep hutan wisata dan berkelanjutan.
"Kalau melihat dari segi rencananya BOP mau bikin hutan pariwisata, hutan wisata dan hutannya tidak diganggu, dia akan membuat hutan ini jadi hutan wisata ke depannya juga dia akan merekrut putra - putri daerah untuk jadi karyawan yang di pekerjaan kan di situ," Ujarnya
Lasarus berharap kehadiran kawasan pariwisata terpadu dapat berdampak pada kesejahteraan masyarkat Manggarai Barat. []