Makassar - Program Ananda Ainun, perempuan milenial yang maju sebagai bakal calon legislatif wilayah 3 Makassar (Tamalanrea, Biringkanaya) dari PDIP menuai respon positif dari berbagai kalangan masyarakat.
Program kebangkitan millenial dan generasi Z milik Ananda Ainun dinilai sangat realistis dan penting.
"Dia saya anggap sebagai kakak (Ananda) yang cerdas dan punya visi dan misi soal kebangkitan perempuan dan anak muda milenial dan generasi Z. Oleh karenanya, saya mau menjadi master of campaign beliau," kata M Adzim Masogi.
- Baca juga: Visi dan Misi Ananda Ainun
Menurutnya, visi soal kebangkitan generasi millenial dan generasi Z adalah sangat penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera.
Apalagi, harus ada sosok perempuan yang betul betul bisa memnbaca, dan menangkap isu kelompok ini.
"Biasanya generasi millenial dan perempuan lebih peka dan mengerti soal kemauan generasi Z, karena jarak mereka tidak jauh," terangnya.
Warga lainnya Evi yang bekerja sebagai pegawai swasta di Tamalanrea mengaku tertarik akan visi dan misi Ananda Ainun soal perempuan.
Bagi dia, harus ada sosok yang betul betul mengerti soal perempuan dan kebutuhan akan hak haknya.
"Soal pelecehan di tempat kerja lagi marak, ini harus ada sosok yang memihak kami di legislatif," terang dia.
"Apalagi saat ini tidak ada lagi perbedaan antara perempaun dan laki laki di dalam tempat kerja," sambung dia.
Perlu diketahui, program Ananda Ainun menarik perhatian masyarakat mulai dari pembuatan dan penguatan undang-undang perlindungan terhadap kekerasan dan pelecehan seksual, serta peningkatan sanksi bagi pelaku.
Lalu pada Program beasiswa dan bantuan keuangan untuk membantu perempuan Generasi Z dalam mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan yang relevan.
- Baca juga: PDIP Sulsel Target 5 Kursi DPR RI
Tidak hanya itu, ada kebijakan Kebijakan Ekonomi, yakni pemberian insentif dan dukungan keuangan untuk memfasilitasi kewirausahaan perempuan Generasi Z, termasuk pelatihan kewirausahaan dan akses modal.
Peningkatan peluang kerja yang setara dan inklusif, termasuk program pelatihan keterampilan yang mencakup sektor-sektor yang dianggap "tradisional" didominasi oleh laki-laki.
Peningkatan perlindungan dan hak pekerja perempuan, termasuk kebijakan cuti yang adil, pengaturan kerja fleksibel, dan dukungan dalam mengatasi hambatan karier. []