Bulukumba - Nirwan Arifuddin, resmi memimpin Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Bulukumba, setelah terpilih sebagai ketua pada Musyawarah Daerah (Musda) ke X di Hotel Hakuna Matata, Kawasan Pantai Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Minggu, 29 Agustus 2021 kemarin.
Keterpilihan Nirwan Arifuddin membuat sejumlah kader Partai Golkar Bulukumba terdepak. Bahkan, merasa tidak dibutuhkan lagi sejak mantan Koordinator Wilayah (Korwil) Bulukumba - Sinjai tersebut menjabat sebagai pelaksana tugas mengantikan Andi Hamzah Pangki.
Dua tokoh Partai Golkar Bulukumba, Andi Alimuddin Pana dan Andi Mappabangka, mulai bicara terkait kegaduhan Partai Golkar Bulukumba. Ia menilai dengan kondisi sekarang ini, suara Golkar pada pemilihan 2024 mendatang bakal berpengaruh.
Belum lagi, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Airlangga Hartanto yang bakal menjadi bursa bakal calon Presiden.
"Pak Airlangga orang baik, tapi jika Golkar di Sulsel selalu gaduh pastinya berpengaruh ke pencalonan beliau di Sulsel 2024 nantinya," kata Andi Alimuddin Pana, Senin, 30 Agustus 2021.
Menurutnya, massifnya kegaduhan yang terjadi berbagai daerah di Sulawesi Selatan merupakan imbas dari pengambilan keputusan Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Taufan Pawe.
"Sulsel merupakan salah satu daerah lumbung suara Partai Golkar. Tradisi menang pemilu di Sulsel hingga saat ini belum terkalahkan oleh partai manapun. Namun, untuk pertama kalinya Partai Golkar di Sulsel bergejolak seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir ini," bebernya.
Kekecewaan tersebut rata-rata bermuara pada ketidakmampuan Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Taufan Pawe mengkonsolidasikan organisasi dengan tidak baik.
"Pengalaman saya selama sekitar 40 tahun mengabdi di Golkar, dinamika di Golkar selalu terjadi. Namun baru pada periode ini kegaduhan-kegaduhan yang terjadi tidak terkendali," pungkasnya.
Taufan Pawe dituding telah melakukan pembiaran yang tak menghargai usulan saran dan masukan para kader. 10 koordinator kecamatan diganti oleh Plt Ketua Golkar Bulukumba, Nirwan Arifuddin.
"Bahkan terkesan membangun faksi di tubuh partai. Jadi, saya liat pak Taufan justru membuat kader terbelah. Bahkan banyak keputusan-keputusan yang melanggar AD/ART dibiarkan begitu saja, akhirnya kader kecewa dan terjadi kegaduhan, dan mengancam hengkang," tutupnya. []