Alur.id
    Berita    Detail Article

Kembali Dua Jurnalis Al Jazeera Tewas di Jalur Gaza

Wartawan di Gaza. (Foto: Al Jazeera)

Gaza - Kembali terjadi pembunuhan terhadap jurnalis Al Jazeera di Jalur Gaza, Rabu 31 Juli 2024. Pembunuhan tersebut dilakukan Militer Israel.

Jurnalis Al Jazeera, Ismail Al-Ghoul dan kamerawan Rami Al-Rifi, dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati, Jalur Gaza.

Serangan udara Israel dilaporkan menghancurkan mobil yang ditumpangi Al-Ghoul dan Al-Rifi.

Saat kejadian, keduanya tengah bertugas di dekat rumah Kepala Politik Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh Israel di Teheran, Iran, Rabu.

"Ismail sedang menyampaikan penderitaan masyarakat Palestina yang terusir dan derita mereka yang terluka dan pembantaian yang dilakukan penjajah (Israel) terhadap penduduk tak bersalah di Gaza," kata kolega Ismail, Anas Al-Sharif.

Israel belum mengeluarkan pernyataan terkait serangan udara yang menewaskan Al-Ghoul dan Al-Rifi.

Namun, sebelumnya Israel selalu membantah menargetkan wartawan.

Sejak 7 Oktober 2023 lalu, Komite Perlindungan Jurnalis (Committee to Protect Journalists/CPJ) mencatat sedikitnya 113 jurnalis telah terbunuh selama operasi militer Israel di Gaza, termasuk Al-Ghoul dan Al-Rifi.

Sebanyak 108 dari total jurnalis yang terbunuh berkebangsaan Palestina.

Sedangkan biro media pemerintah Gaza melaporkan 165 jurnalis Palestina telah terbunuh sejak perang Israel di Gaza dimulai.

Al Jazeera sendiri telah kehilangan empat jurnalis selama meliput operasi militer Israel di Gaza.

Dua di antara mereka adalah Samer Abudaqa dan Hamza Dahdouh yang tewas saat meliput aksi militer Israel.

Jurnalis Al Jazeera di Deir Al-Balah, Hind Khoudary, menyebut rompi penanda pers kini tidak bisa melindungi jurnalis dari aksi brutal Israel.

Al-Ghoul dan Al-Rifi pun diketahui mengenakan rompi pers saat dibunuh dalam serangan udara.

"Kami melakukan apa pun (untuk menjaga diri). Kami mengenakan rompi pers, helm, kami tidak mencoba pergi ke tempat yang tidak aman. Kami mencoba pergi ke tempat-tempat di mana kami bisa menjaga keamanan," kata Khoudary.

"Namun, kami tetap diincar di tempat-tempat normal di mana penduduk yang normal berada,"tambahnya.

Presiden CPJ Jodie Ginsberg menyebut pembunuhan Al-Ghoul dan Al-Rifi menunjukkan strategi Israel menutup arus informasi dari Gaza.

Ginsberg menyebut perang Israel di Gaza menjadi konflik paling mematikan bagi jurnalis sejak organisasinya melakukan pemantauan 30 tahun lalu.

"Ini bukan hanya pola yang kita temukan dalam konflik ini, tetapi terlihat sebagai bagian dari strategi (Israel) yang lebih luas untuk mengambat informasi keluar dari Gaza," kata Ginsberg. []