Maros - Ratusan warga dari Kabupaten Barru, Pangkep dan Maros Sulawesi Selatan melakukan pertemuan konsolidasi di kolam pemancingan pasar Bulu-Bulu, Desa Ma'rumpa, Kecamatan Marusu Maros, Minggu 13 Juni 2021.
Para warga tersebut adalah mereka yang masih bertahan dan menolak membebaskan lahan mereka untuk dijadikan jalur kereta api Makassar - Parepare.
Bukannya warga menolak menyerahkan lahan mereka, cuma harga yang ditetapkan tidak masuk akal.
Mereka berkumpul membahas langkah strategis menghadapi langkah Satgas perkeretaapian yang akan melakukan eksekusi lahan.
Ketua perwakilan warga, Jamaluddin mengatakan, sebagian warga memilih bertahan karena menilai harga tanah yang ditetapkan di bawah standar, tidak sesuai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
"Bukannya warga menolak menyerahkan lahan mereka, cuma harga yang ditetapkan tidak masuk akal," ujarnya.
Selain itu, Jamaluddin juga menyinggung Kepala Balai Pengelolaan Perkeretaapian Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan data yang tidak benar.
"Persoalannya ada sama pak Kepala Balai, Jumardin. Dia gembar-gembor melaporkan ke pemerintah pusat bahwa semua pembebasan lahan kereta api aman. Tapi faktanya masih banyak warga yang menolak. Mereka menjerit, lahan mereka dihargai Rp 40 ribu hingga Rp 90 ribu per meter, bukankah ini kurang ajar namanya," tegas Jalamuddin. []